site

Tidak ada yang memaksa untuk menjual Rahmah Menu

Rahmat di sini, rahmat di sana. Di mana-mana ada belas kasihan.

Meski sudah sebulan lebih sejak Menu Rahmah diperkenalkan oleh Menteri Perdagangan Dalam Negeri dan Biaya Hidup (KPDN), Datuk Seri Salahuddin Ayub, namun hingga saat ini masih ada pihak yang belum paham dengan implementasi inisiatif pemerintah tersebut.

Ini menyangkut video ‘ekspresi perasaan’ pemilik tempat makan penjual Menu Rahmah yang harus gulung tikar karena menderita kerugian besar.

Video tersebut dibanjiri cibiran dan kritikan dari warganet yang menyebut pemilik restoran yang terlibat hanya mengikuti ‘tren’ karena telah mempertaruhkan nasib usahanya dengan hanya menjual Menu Rahmah sebagai menu utama.

Bahkan, ada juga beberapa orang yang menuding pemerintah seolah mengatakan Menu Rahmah telah ‘membunuh’ para pedagang kecil di luar sana.

Namun, jangan terlalu terbawa suasana. Pemerintah tidak mewajibkan operator restoran dan minuman untuk menyiapkan Menu Rahmah di tempat mereka, namun ada beberapa orang yang membutuhkannya untuk mengisi perut mereka.

Bagaimanapun, pujian harus diberikan kepada pemilik restoran karena berani menerima tantangan pemerintah untuk menawarkan Menu Rahmah di restorannya untuk membantu meringankan biaya hidup masyarakat, terutama kelompok B40.

Mungkin terdapat beberapa kelemahan dalam menjalankan usahanya yang menyebabkan Rahmah Menu di restonya tidak laku seperti di tempat makan lainnya.

Dalam hal ini, jangan hanya mengatasnamakan Rahmah dan membabi buta menyalahkan upaya pemerintah jika merugi.

Pesaing bisnis sangat banyak, oleh karena itu para pedagang harus lebih kreatif dan unik dalam merencanakan strategi pemasaran bisnis terutama pada tahap awal agar bisnis terlihat lebih menonjol dibandingkan kompetitor lainnya.

Dalam kasus seperti itu, pemilik restoran dikatakan tidak cukup mempromosikan restorannya ke masyarakat umum. Sederhananya, restoran ini tidak cukup viral.

Sangat mungkin masyarakat sekitar tidak mengetahui keberadaan rumah makan ini yang juga menawarkan Menu Rahmah kepada masyarakat kurang mampu.

Tak hanya itu, kunjungan restoran bisa menjadi ‘sendu’ ketika daya beli masyarakat di lokasi restoran semakin kuat.

Mayoritas wilayah tersebut dihuni oleh orang ‘kaya’. Oleh karena itu, Menu Rahmah bukanlah makanan yang dapat memuaskan selera mereka.

Risiko menawarkan menu ini dengan harga di bawah RM5 sebagai menu ‘tunggal’ dalam bisnis tidak masuk akal.

Hal ini dikarenakan sebagian besar toko yang menjual Rahmah Menu juga tetap menjual makanan lainnya seperti biasa dengan harga normal.

Mungkin keuntungan yang didapatkan dari penjualan Menu Rahmah ini kecil, namun keuntungan tersebut masih bisa dihitung melalui penjualan berbagai menu makanan lainnya.

Disampaikan Sekretaris Politik Menteri Perdagangan Dalam Negeri dan Biaya Hidup (KPDN), Suhaizan Kaiat, upaya membantu kelompok B40 dan tidak ada paksaan kepada pedagang di tempat makan untuk mewajibkan Rahmah Menu sebagai menu hidangan di restoran mereka.

“Beberapa orang memberi tahu kami bagaimana mereka ingin mendapat untung jika harganya terlalu rendah. Sebenarnya ini adalah pilihan khusus bagi mereka yang membutuhkan. Tapi ada menu lain yang bisa menarik perhatian kelompok lain,” ujarnya.

Rahmah Menu juga bukan merupakan jalan pintas bagi sebuah bisnis untuk mendapatkan keuntungan. Apakah dengan menggunakan nama Rahmah dalam suatu menu menjamin keuntungan yang luar biasa dibandingkan dengan menu lainnya? Sama sekali tidak.

Dalam sebuah bisnis, untung dan rugi tergantung pada banyak faktor. Dalam bisnis makanan, cita rasa makanan juga berperan penting dalam menarik pelanggan ketimbang hanya mengandalkan faktor harga saja.

Yang penting, Menu Rahmah hanya berbeda harga dan bukan kualitas. Meski hanya RM5, Rahmah Menu adalah jawaban dari makanan murah dan bermartabat.

* Nadjwatul Huda Mohd Zuraidi adalah Asisten Produser Konten Digital Sinar Harian

Data Result HK

HK Pools

Togel Sidney

Totobet Singapore

Data Sidney Hari Ini

Pengeluaran SDY Hari Ini