MIMPI Warga Penang untuk memiliki moda transportasi baru yaitu sistem Light Rail Transit (LRT) untuk mengatasi masalah kemacetan jalan raya mungkin akan segera menjadi kenyataan.
Kabar gembira tersebut menyusul kesediaan Kementerian Perhubungan untuk membahas usulan pemerintah negara bagian untuk melaksanakan kembali proyek tersebut setelah dibatalkan pada era pemerintahan Perikatan Nasional (PN) pada 2020.
Selain pembangunan LRT, pemerintah federal saat itu juga membatalkan tiga usulan proyek infrastruktur lainnya di Penang, yaitu ikonik Penang ferry, proyek kereta gantung Bukit Bendera senilai RM100 juta dan proyek perluasan Penang International Airport (LTAPP). bernilai RM800 juta.
Akibat keputusan pemerintah PN saat itu, ada yang menganggap itu sebagai bentuk ‘balas dendam’ politik terhadap pemerintah negara Pakatan Harapan (PH) setelah kedua koalisi partai politik itu tidak lagi duduk berdampingan dan menjadi musuh.
Namun, setelah pemerintahan PN jatuh dan Pemerintah Persatuan mengambil alih tampuk kekuasaan di Putrajaya, impian masyarakat Penang dirasakan bahwa pembangunan empat proyek infrastruktur itu akan terwujud dalam tiga sampai empat tahun.
Jika dulu Ketua Menteri Chow Kon Yeow sering mengeluhkan Penang yang selalu terpinggirkan untuk mendapatkan alokasi Federal baik pada masa pemerintahan Barisan Nasional (BN) maupun era PN di Putrajaya, namun kini negara menjadi perhatian.
Di bawah pemerintahan Perdana Menteri Datuk Seri Anwar Ibrahim, Penang tak lagi terbengkalai seperti dulu.
Bahkan dalam APBN 2023 yang disampaikan baru-baru ini, Perdana Menteri mengumumkan usulan perluasan LTAPP yang akan dilakukan untuk mengakomodir peningkatan jumlah penumpang setiap harinya.
Ketika pekerjaan perluasan dan peningkatan selesai, LTAPP diharapkan mampu menampung lebih dari 12 juta penumpang.
Selain itu, kabar baik selanjutnya bagi masyarakat Penang setelah lebih dari 100 hari Pemerintah Persatuan terkait dengan feri ikonik yang dapat kembali beroperasi melintasi perairan negara bagian setelah layanannya dihentikan pada 31 Desember 2020.
Meski usulan pengembalian feri ikonik tersebut dinilai hanya melibatkan nilai sentimental dan warisan, namun secara tidak langsung bisa menyelesaikan persoalan kemacetan lalu lintas di Jembatan Penang setiap hari jika layanan feri beroperasi seperti semula dengan kendaraan roda empat.
Tentunya akan membawa kembali kenangan lama saat menggunakan jasa ferry, bahkan akan menjadi salah satu simbol pariwisata dunia setelah digunakannya kembali sebuah heritage ferry yang telah beroperasi selama lebih dari 128 tahun.
Selain layanan ferry yang memiliki keunikan tersendiri, Penang juga terkenal dengan resort-resortnya yang mempesona termasuk kawasan Bukit Bendera yang sudah lama menjadi incaran wisatawan domestik maupun mancanegara.
Lebih bermakna lagi, area fokus wisatawan yang menggunakan layanan sistem kereta kabel di Bukit Bendera merayakan 100 tahun layanannya tahun ini.
Sejak dibukanya kereta gantung Bukit Bendera pada 21 Oktober 1923, telah mendatangkan lebih dari 47 juta pengunjung termasuk 1,48 juta pengunjung yang menggunakan jasa kereta api tahun lalu.
Selain kereta gantung yang digunakan, pengunjung Bukit Bendera juga akan menikmati layanan kereta gantung yang akan dikembangkan dan diharapkan selesai dalam waktu tiga tahun.
Proyek Kereta Gantung Bukit Bendera senilai RM245 juta akan dilaksanakan oleh Hartasuma Sdn Bhd setelah perusahaan berhasil dalam proses tender melalui Request For Proposal (RFP) pada 13 Januari tahun lalu.
Namun pemerintah negara bagian perlu diingatkan bahwa apapun pembangunan yang direncanakan, baik kecil maupun besar, kelestarian sumber daya dan lingkungan harus diutamakan agar tidak merugikan pihak atau kehidupan manapun.
Jika hal tersebut tidak terganggu, penghijauan bukit tidak terarah dan bebas dari resiko bencana akibat dampak dari pekerjaan yang dilakukan, tentunya seluruh lapisan masyarakat di negara bagian ini akan mendukung rencana pembangunan tersebut.
* Mohd Iskandar Othman adalah reporter Sinar Harian Pulau Pinang
