ISU kredensial mengajar di masjid terus diperdebatkan. Cerita bermula setelah beberapa pembicara harus membatalkan program di masjid-masjid di beberapa negara bagian. Jika penceramah yang terlibat hanyalah seorang ustaz biasa, mungkin situasinya tidak semrawut sekarang.
Sebaliknya, ini melibatkan individu yang populer dan berpengaruh. Singkat kata, ketika yang berceramah, jemaah datang membludak di luar masjid. Video ceramah mereka juga ada di YouTube dan ditonton oleh ratusan ribu orang.
Untuk dijadikan cerita, khutbah Jumat yang dihadiri Merak Jalanan di sebuah masjid di sebuah negara bagian pekan lalu juga menceritakan hal tersebut.
Isi khotbah antara lain mengingatkan pembicara untuk menggunakan mandat mengajar pada situasi yang tepat, bukan untuk keuntungan pribadi.
Terkadang orang lebih mengingat lelucon daripada ilmu yang disampaikan. Pada akhirnya, publik lebih tertarik pada pembicara karena humornya, bukan ilmunya.
Pemegang kredensial juga diingatkan untuk tidak mencampuradukkan isu agama dengan politik partai. Itulah inti dari khotbah.
Merak Jalanan tahu ada yang bilang khotbah itu seperti menyindir tokoh tertentu. Tapi Merak Jalanan percaya baik penceramah maupun majelis agama Islam, sama-sama menginginkan yang terbaik untuk memelihara dan menjaga kemurnian Islam.
Jadi masalah ini tidak perlu dibesar-besarkan. Pembicara harus mendapatkan sertifikasi karena prosesnya tidak sulit. Di Selangor misalnya, total ada 5.642 penceramah yang bersertifikat mengajar, sedangkan di Terengganu ada 1.313 penceramah bersertifikat.
Kalau pihak berwenang sengaja ingin mempersulit, mungkin tidak banyak sertifikasi yang dikeluarkan.
Pokoknya Merak Jalanan berharap masalah akreditasi ini bisa diselesaikan dengan baik. Belum lagi ada orang-orang tertentu yang bukan ustaz cap ayam karena juga bersertifikat mengajar di negara bagian lain.