MELAKUKAN umrah adalah salah satu ibadah yang diwajibkan dalam Islam jika mampu. Namun, akhir-akhir ini sepertinya menjadi tren bahwa orang-orang yang berangkat umrah lebih sibuk membuat konten untuk diunggah di media sosial masing-masing.
Meski hanya sedikit yang melakukannya, seperti pepatah ‘karena setetes nila, setetes susu menjadi busuk’. Meskipun ada lebih banyak orang yang tulus beribadah tetapi mereka tetap sama.
Sementara rata-rata umat Islam berusaha menuju kebaikan dengan bersuci ke rumah ALLAH SWT, ada juga yang datang dengan niat yang berbeda-beda.
Mirisnya, ada oknum yang menjadikan perjalanan umrah sebagai wisata tanpa ada rasa pertobatan sehingga di manapun termasuk di depan Ka’bah, mereka berebut mengambil video dan foto sebagai konten untuk menarik perhatian masyarakat.
Bukan berarti penulis iri dan dengki kepada mereka karena diizinkan masuk ke tanah terlarang penuh sejarah Islam, namun biarlah apapun yang dilakukan, niat tulus kita adalah untuk mendapatkan ridha-Nya, bukan pujian manusia.
Di Tanah Suci, semua Muslim tanpa memandang pangkat, kaya atau miskin, semuanya sama. Sayangnya, saat hati ‘digoda’ dan diuji dengan riak dan rasa bangga diri karena bisa menginjakkan kaki di tanah Makkah atau Madinah, tanpa malu-malu mereka membagikan berbagai foto jubah dan khimar yang dikenakan seolah akan menghadiri fashion show. Situasi ini berbeda sebelum era media sosial.
Saat ini, semuanya telah berubah begitu banyak sehingga ketika melakukan saie dan tawaf, ada orang yang melakukannya secara langsung dan video.
Meski ada konten live yang memberikan ilmu tapi sepertinya tidak pada tempatnya.
Bahkan penulis juga menemukan bahwa ada operator produk yang mengambil kesempatan untuk mempromosikan ini dan itu, produknya sendiri atau produk orang lain hanya untuk kepentingan konten di depan Pura.
Sesungguhnya kembalilah pada niat kita bahwa kita sedang beribadah dan dalam keadaan ihram. Khawatir apa yang selama ini kita jaga di tanah air berubah, pergi ke sana bukan untuk konversi tapi untuk menarik banyak penonton dan penggemar.
Karena itu para ulama menekankan masalah ‘niat’ untuk ikhlas kepada ALLAH SWT.
Isu ini pun mendapat perhatian dari narasumber Abdullah Khairi dan Dr Kamilin Jamilin yang memberikan teguran cinta melalui sharingnya tentang segelintir orang yang pamer saat umrah dan terkesan pergi makan angin.
Sharing para ilmuan semoga bisa memicu hati kita agar tidak salah landasan atas apa yang kita lakukan untuk umrah dan sebagainya, tidak lebih dari memperbudak diri kepada-Nya dan melihat kekuasaan-Nya.
Namun tak dipungkiri, ada juga orang yang mengunggah foto umrah untuk menginspirasi mereka yang belum pernah menginjakkan kaki di negeri para nabi.
Bahkan, ada juga yang memanfaatkan kesempatan untuk berbagi informasi, pengalaman dan juga ‘umrah DIY’ yang dilakukan agar hati selalu ingin menunaikan umrah atau haji suatu saat nanti.
Oya, sekali lagi penulis ingatkan untuk berhati-hati dalam berbagi di media sosial. Beberapa dapat dibagikan dan beberapa lebih baik disimpan untuk Anda sendiri.
Penting untuk memastikan bahwa agama Islam tidak tercemar oleh sikap mementingkan diri sendiri. Semoga kita semua tidak termasuk dalam golongan seperti itu.
*Nor Farhana Ya’acob adalah wartawan Sinar Harian Melaka & Negeri Sembilan